<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

https://lagilagi.in

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Lagi-Lagi In - Media nyentrik, minim intrik, sedikit menggelitik.: June 2019

Sunday, June 30, 2019

Sejarah Film Horor Indonesia

suzanna hantu


Aristoteles mengatakan, manusia memang senang dengan kisah-kisah seram penuh kekejaman karena bisa membawa katarsis atau kelegaan emosional. Semua kisah seram akan semakin mencekam jika dikemas ke dalam film sehingga menjadi imaji yang mengganggu pikiran.

Film Horor memang cenderung laku di pasaran. Hal itu wajar karena menurut seorang psikoanalisis, Sigmund Freud, horor adalah tentang hasrat terpendam manusia di bawah alam sadar.

Seperti di Indonesia, film horor telah memikat banyak rakyatnya. Saat pertama kali muncul, Indonesia masih bernama Hindia Belanda.

Film Pertama Pengaruhi Pilihan Rakyat


Kisah seram yang paling pertama di Indonesia berjudul Doea Siloeman Oeler Poeti en Item (1934). Kisah ini menjadi film kedua di Indonesia setelah film pertama Indonesia yakni Loetoeng Kasaroeng (1926), karya G Kruger dan L Heuveldorp dipasarkan.

gambar oleh cinemapoetica.com
Sutradara film Doea Siloeman Oeler Poeti en Item adalah Then Teng Chun. Ia memproduksi film ini bersama Cino Motion Pictures. Kisahnya sederhana, yaitu soal dua siluman yang ingin menjadi manusia.

Baca Juga: Sejarah Singkat Perfilm-An Di Indonesia

Sebenarnya, film Doea Siloeman Oeler Poeti en Item atau bisa juga disebut Ouw Peh Coa ini, bukanlah kisah baru. Kisah yang sama sempat beredar dalam buku karangan Lim Ho Hin (1883) dan Tjiong Hok Long (1885) sebelumnya. Buku itu sangat digemari masyarakat peranakan Cina dari golongan timur asing. Bahkan, data dari Tzu You mengklaim rombongan opera Soei Ban Lian sempat mementaskan Ouw Peh Coa pada 1911.

Semenjak saat itu, film-film horor di Indonesia mulai sering menampilkan kisah-kisah legenda rakyat Cina. Selain karena Then Teng Chun, rata-rata pemilik perkumpulan sandiwara adalah orang keturunan Cina. Hal itu jugalah yang mempengaruhi selera masyarakat soal film ingin ditonton.

Mulai Berkembang


Perkembangan film horor begitu pesat berubah setelah film Terang Boelan produksi Nederlandsch Indie Film Syndicaat dan disutradarai oleh Albert Balink sukses di pasaran. Saat itu, mereka memakai pemain-pemain sandiwara untuk filmnya.

Melihat itu, Then Teng Chun yang memang ahlinya film horor, melihat peluang dari cara Albert Balink tersebut. Ia mulai mengajak Ferry Kock dan Dewi Mada dari Dardanella untuk bermain di film-filmnya.

Pada rentang 1940 sampai 1941, perusahaan Then Teng Chun yakni Java Industrial Film, berhasil memproduksi 15 film. Salah satunya berjudul Tengkorak Hidoep (1941) karya Tjoe Hock.

Film Tengkorak Hidoep sangat laku di pasaran. Selain karena efek petir dan tengkorak begerak, kisahnya juga menarik, yakni tentang perjalanan eorang pendekar ke pulau angker.

1971, Saatnya Ratu Horor Indonesia


Setelah sempat fakum karena penjajahan Jepang dan konflik pengakuan kemerdekaan dengan Belanda, perfilman Indonesia kembali bergeliat pada 1949. Saat itu ada 23 film diterbitkan dan terus bertambah hingga 40 judul sampai 1951.

Namun, kembalinya film horor di Indonesia baru muncul pada 1971. Saat film berjudul Lisa karya M Syarieffudin dan film Beranak dalam Kubur karya Awaludin dan Ali Shahab mulai muncul di permukaan.

Suzanna, aktris legenda pefilman horor Indonesia, memulai debutnya di film Beranak Dalam Kubur itu. Ia begitu menakutkan, perannya begitu mencekam, mata tajamnya menghantui pikiran. Wajar, jika ia dijuluki 'ratu horor Indonesia'.

gambar oleh cinemapoetica.com

Keuntungan besar-besaran berhasil diraih PT Tidar Jaya, selaku rumah produksi film Beranak dalam Kubur. Modal yang mereka keluarkan diperkirakan hanya Rp25-35 juta, namun untungnya mencapai Rp72 juta.

Hasil menggiurkan itulah yang membuat perusahaan lainnya memunculkan film horor juga. Tak tanggung-tanggung, ada 22 judul film horor bermunculan pada 1972 sampai 1980. Tak berhenti di situ, angkanya melonjak hingga empat kali lipat setelah satu dekade berlalu.

Film-film itu tak lepas dari peran 'ratu horor Indonesia'. Pada 1981 sampai 1991, dari setidaknya 84 judul film horor yang ada, 16 di antaranya dibintangi Suzanna.

Orde Baru dan Film Horor


Rezim Soeharto begitu ketat membatasi media massa. Berbagai media hiburan dan informasi seperti koran, radio, televisi, bahkan film pun dipantau dengan ketat oleh militernya.

Namun di tengah pembatasan ketat itu, justru perfilman horor Indonesia tumbuh pesat. Saat itu, hantu-hantu khas Indonesia mulai bermunculan. Seperti kuntilanak, sundel bolong, genderuwo, pocong, dan Nyi Roro Kidul.

Suzanna pun semakin digandrungi karena kencantikannya. Untuk diketahui, film-film pada 1970-1990-an itu identik dengan seks, kekerasan, dan komedi. Berbagai adegan panas berani dilakoni Suzanna. Ditambah bang Bokir yang menjadi bumbu lucu di dalamnya, film-film seperti Sundel Bolong (1981), Nyi Blorong (1982), Malam Jumat Kliwon (1986), Ratu Buaya Putih (1988) dan Wanita Harimau (1989) pun sukses di pasaran.


Humor memang menjadi salah satu bentuk pemberontakan yang 'aman' saat itu. Maka wajar, bila film horor bisa begitu digandrungi.

Film Indonesia semakin menguasai pada zaman Soeharto ini. Pasalnya, film impor dibatasi bahkan sampai hanya 200 judul saja pada 1982-an.

Namun, pembatasan itu juga diiringi Kode Etik Produksi Film Indonesia sejak 1981. Aturan itu mewajibkan produksi film nasional untuk senantiasa menjaga moral bangsa. Alhasil, tokoh-tokoh agama kerap muncul dalam film horor demi mewujudkan nilai-nilai moral tersebut.

Film Horor 2000-an Masih Seksi


Sasha Grey dalam Pocong Mandi Goyang Pinggul (foto: cinemapoetica.com)
Rezim Orde Baru memang penuh aturan, namun aturan itu menimbulkan pandangan negatif dan kecurigaan pada kehidupan modern. Film-film saat itu jadi cenderung berlatar pedesaan dan kisah-kisah kota hanya sekilas saja.

Semua itu membuat jenuh para penikmat film. Apalagi pada 1990-an, sejumlah stasiun televisi swasta nasional mulai bermunculan. Seperti RCTI, SCTV, ANTV, TPI dan Indosiar. Mereka berhasil membuat hiburan baru bagi masyarakat dan membuat para pekerja film hijrah ke industri televisi.

Dunia perfilman pun semakin sakit setelah krisis ekonomi menghantam Indonesia dan berujung runtuhnya rezim Orde Baru Soeharto pada Mei 1998. Saat inilah, pertelevisian mulai memperkenalkan reality show horor ala mereka. Seperti  Dunia Lain di Trans TV, Uka-Uka di TPI, Ekspedisi Alam Gaib di TV7, hingga Pemburu Hantu di Lativi.

Saat pertelevisian mulai menguasai dunia horor, Jose Poernomo dan Rizal Mantovani mengambil sudut yang berbeda. Mereka berdua justru memproduksi film horor dengan judul Jelangkung pada 2001.

Hanya perlu dua minggu untuk pengambilan gambar dan produksi sekitar Rp1 miliar, film ini berhasil mendatangkan 1,5 juta penonton di seluruh Indonesia. Film horor ini berhasil menyaingi kesuksesan Petualangan Sherina (2000) karya Riri Riza yang menghabiskan biayar Rp2 miliar.

Film Jelangkung sebenarnya terinspirasi dari kisah-kisah uji nyali di televisi. Kisahnya tentang empat sekawan asal Jakarta yang terbawa rasa penasaran mencari penampakan setan hingga ke desa Angkerbatu, Jawa Barat. Di sana mereka melakukan ritual jelangkung untuk memanggil arwah yang berujung pada kemunculan berbagai peristiwa mistis nan mencekam.

Tren film sejenis itu pun mulai digemari para anak muda. Film-film serupa bermunculan seperti Hantu (2007) karya Adrianto Sinaga, Pulau Hantu (2007) karya Jose Purnomo ataupun Air Terjun Pengantin (2009) karya Rizal Mantovani.

Film-film itu masih menggunakan cara klasik, yaitu menambahkan bumbu-bumbu seks dan komedi ke dalamnya. Wanita-wanita seksi dan "badut-badut" pencair suasana kerap berkolaborasi di dalamnya. Contohnya, Melanie Ariyanto dan Rony Dozer dalam Jelangkung (2001), Nia Ramadhani dan Mastur dalam Suster Ngesot (2007), serta Dewi Persik dan Rizky Mocil dalam Setan Budeg (2008).

Bumbu seks dan komedi pun semakin menggila. Artis film porno luar negeri diajak juga sebagai pemeran film-filmnya horor Indonesia. Seperti Rin Sakuragi di film Suster Keramas (2009), Maria Ozawa dalam Hantu Tanah Kusir (2010), Sora Aoi dalam Suster Keramas 2 (2011), Tera Patrick di Rintihan Kuntilanak Perawan (2010), dan Sasha Grey dalam Pocong Mandi Goyang Pinggul (2011).

Ongkos murah, penonton banyak, keuntungan pasti didapat. Hal-hall inilah yang membuat perfilman Indonesia pada 2007-2015 didominasi film bergenre horor sejenis itu.

Di sisi lain, film-film horor yang menampilkan tempat-tempat seram tertentu juga bermunculan. Beberapa tempat wisata misteri pun diangkat dalam film, seperti dalam film Hantu Jeruk Purut (2006), Rumah Kentang (2012), Mall Klender (2014), ataupun Taman Langsat Mayestik (2014).

Film Horor Kini


Romansa film-film horor masa lalu mulai diangkat kembali. Masa jaya 1981 sampai 1991 kembali dikenang bahkan diolah lagi. Salah satunya adalah film tahun 1982 yang kembali dibuat oleh sutradara Joko Anwar, yakni Pengabdi Setan.

Foto idea.grid.id
Film Pengabdi Setan versi 1982 disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra. Joko Anwar begitu berambisi sampai mengejar izin produksi ulang film ini selama 10 tahun lamanya.

Usaha Joko Anwar pun tak sia-sia, terbukti 4,2 juta penonton mau menyaksikannya. Bahkan belakangan, pada Senin (19/2/2018), Joko Anwar mengumumkan bahwa Pengabdi Setan akan tayang di 42 negara, termasuk Belanda, Singapura, Thailand, Spanyol, dan Taiwan.

Keberhasilan Joko Anwar bukan tanpa alasan. Selain karena perkembangan teknologi yang semakin pesat untuk mewujudkan imajinasi, masyarakat juga rindu dan ingin tahu dengan film horor masa lalu.

Pengabdi Setan menjadi salah satu bukti film horor Indonesia mulai membaik kualitasnya. Selain Pengabdi Setan, juga ada Danur: I Can See Ghost pada 2017 yang juga sukses sebelumnya dengan 2,7 juta penonton selama penayangan.

Masyarakat kini semakin peduli dengan karya anak bangsa dan mulai percaya dengan kualitas perfilman Indonesia. Mereka tak lagi menunggu bajakan filmnya, tapi mulai mau menonton di bioskop-bioskop yang ada.

Sumber: Cinemapoetica, IDNTimes, Liputan6 

Labels:

Saturday, June 29, 2019

Sejarah Singkat Perfilm-an di Indonesia

Film-film baru dengan teknologi tinggi bermunculan saat ini. Dengan grafis yang memukau juga cerita yang menarik, membuat film-film yang ada semakin memanjakan penikmatnya.

Ciri film asing yang menonjolkan grafis dan kisah yang cerdas juga Film Indonesia dengan cerita cinta dan komedi yang khas, membuat masyarakat semakin tergugah untuk menghamburkan uangnya di bioskop-bioskop ternama.


Perfilm-an di Indonesia sendiri semakin membaik seiring hadirnya film-film bermanfaat juga cerita yang seru. Seperti The Raid, Laskar Pelangi, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, atau film-film komedi milik Raditya Dika yang tenar di kalangan anak muda menjadi tanda bangkitnya perfilman di Indonesia.

Namun, bagaimana perjalanan film di Indonesia? Apa ada pengaruhnya dengan nasib perfilman kita saat ini yang cenderung "kurang menang" di grafis ketimbang film luar? Berikut saya akan membeberkannya secara singkat mengenai sejarah perfilm-an di Indonesia.


Gambar Idoep



Gambar idoep merupakan sebutan awal untuk film di Indonesia pada saat itu. Masuk pada 5 Desember 1900 di Batavia atau Jakarta saat ini, film dokumenter mengenai perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag merupakan film pertama yang diputar di Tanah Abang (bioskop pertama di Indonesia). Sayang sekali film tersebut tidak banyak diminati karena harga tiketnya yang terlalu mahal. Masalah tersebut membuat harga tiket turun drastis hingga 75% pada 1 Janurai 1901 demi merangsang minat penonton.

Para penonton pun terangsang *eh

Jika sebelumnya hanya film dokumenter, maka pada tahun 1905, film-film cerita mulai bermunculan. Film tersebut didatangkan langsung dari Amerika dan berganti judul setelah sampai di Indonesia menggunakan bahasa Melayu. Film impor ini cukup diminati di Indonesia dan hal tersebut mempengaruhi peningkatan jumlah penonton bioskop pada saat itu.

Baca Juga: Sejarah Film Horor Indonesia

Melihat peluang dari film cerita, Indonesia pun tidak mau kalah dengan turut membuat film cerita yang juga diputar di Bioskop pada tahun 1926. Film pertama ini berjudul Loetoeng Kasaroeng yang diproduksi oleh NV Java Film Company. Sayangnya, film tersebut masih tanpa suara atau bisu. Padahal di benua lain terutama Eropa, sudah bermunculan film-film yang bersuara.

Film berikutnya adalah Eulis Atjih dengan perusahaan yang masih sama dengan film pertama. Seperti efek domino, perusahaan-perusahaan perfilm-an lainnya mulai bermunculan, seperti Halimun Film Bandung produksi Lily van Java dan film Setangan Berlumur Darah produksi Central Java Film Copy (Semarang).


Film Bersuara


Seiring berjalannya waktu, akhirnya film suara muncul pada tahun 1931 dengan judul Atma de Vischer produksi Tans Film Company yang bekerjasama dengan Kruegers Film Bedrif di Bandung. Selama itu, sudah 21 film yang bermunculan baik bisu maupun bersuara. Hal tersebut membuat jumlah biskop meningkat pesat hingga mencapai 227 bioskop di Indonesia pada tahun 1936.

Perfilman di Indonesia terus berkembang seiring waktu dengan datangnya produser Cina untuk membuat film Indonesia yang pada saat itu cukup terkenal karena ciri khasnya yang menghibur. Film sempat mengalami perubahan fungsi pada masa penjajahan Jepang menjadi alat politik demi menyampaikan ideologi pemerintahan Jepang pada masa itu.

Akibatnya perusahaan-perusahaan perfilman yang sebelumnya sudah terkenal ditutup dan sebagian diubah nama sesuai kebijakan pemerintahan Jepang. Hingga Indonesia dapat merebut kemerdekaan, pada saat itu juga perfilman kembali merdeka dengan dibantu para mahasiswa yang juga berperan dalam pembuatan film-film bergenre persatuan dan kebangkitan nasional juga film-film yang dapat membangun bangsa.

Produser Indonesia yang sangat berperan dalam perfilman di Indonesia pada saat itu adalah Djamaludin Malik yang juga mendorong adanya Festival Film Indonesia (FFI) I pada tanggal 30 Maret- 5 April 1955. Beliau juga membentuk Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) yang lahir pada 30 Agustus 1954. Pada festival tersebut, film Jam Malam karya Usmar Ismail tampil sebagai film terbaik. Film tersebut juga mewakili Indonesia dalam Festival Film Asia II di Singapura. Film terbaik karya Usmar Ismail ini bercerita tentang kritik sosial tajam mengenai nasib para bekas pejuang setelah kemerdekaan.

Hingga pada tahun 80-an produksi film lokal meningkat hingga mencapai 721 judul film dari sebelumnya 604 pada tahun 70-an. Jumlah aktor dan aktris pun turut bertambah begitu pula para penonton. Tema komedi, seks, seks horror, dan film musik mendominasi produksi film pada masa tersebut. Warkop dan H. Rhoma Irama adalah dua nama yang paling ditunggu oleh penonton pada masa itu.

Catatan Si Boy dan Lupus adalah dua film yang juga mencatat sejarah karena sukses meraih banyak penonton dan rekor tersendiri. Namun, film tersebut masih kalah monumental dalam jumlah penonton dengan film G-30S/PKI yang mencapai 699.282 jiwa yang pada saat itu seakan tidak mungkin tertandingi.

Bioskop Dan Film Lokal Sekarat


Perkembangan perfilman yang semakin pesat ini juga berpengaruh terhadap bioskop. Jika sebelumnya dalam satu bioskop terdapat beberapa kelas, kali ini bioskop terpecah menjadi beberapa kelas. Cinemascope berubah nama menjadi Bioskop 21 yang juga berpengaruh terhadap tergesernya film-film lokal karena mutu film yang mulai dipertimbangkan.

Hal lain yang mempengaruhi tergesernya film-film lokal adalah impor dan distribusi film yang diserahkan kepada pihak swasta. Paling parah, film lokal tidak pernah diputar dan hanya film Hollywood saja yang ditampilkan. Ditambah lagi hadirnya stasiun-stasiun televsi swasta yang memutar film-film impor juga telenovela.

[Meski dalam keadaan "sekarat", beberapa karya Garin Nugroho seperti Cinta dalam Sepotong Roti dan Daun di atas Bantal masih mampu memenangi berbagai penghargaan di Festival  Film Internasional!]

Masuk ke tahun 90-an, stasiun-stasiun televisi swasta lagi-lagi mempengaruhi eksistensi dari bioskop dengan adanya sinetron-sinetron yang membuat para pemain juga penonton beralih ke layar kaca. Padahal pada saat itu, ekonomi perfilman di Indonesia begitu terpuruk dengan adanya Laser Disc, DVD, dan VCD yang memudahkan masyarakat untuk menikmati film impor di televisi ketimbang bioskop.


Kemajuan Perfilman


Berkembangnya teknologi yang berdampak ke perfilman Indonesia tidak selalu negatif. Positifnya, film-film independen bermunculan karena hadirnya kamera-kamera digital. Hal tersebut membuat perfilman di Indonesia semakin bervariasi meskipun terbatas bagi yang ingin menontonnya. Kualitas perfilman juga beragam akibat hadirnya kamera digital ini, mulai dari amatir sekali  hingga baik sekali dalam sinematografinya. Terbatasnya penonton disebabkan oleh kurangnya tempat pemutaran film dan biasanya hanya dalam ajang festival saja.

Hingga kini, film Indonesia mulai berderak kembali. Beberapa film booming seperti Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang mengundang banyak penonton juga turut memberi semangat baru bagi perfilman Indonesia hingga dibuat seri ke-2-nya yaitu Ada Apa Dengan Cinta 2 pada tahun 2016 ini, juga The Raid yang go-International, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk yang fenomenal, Laskar Pelangi yang inspiratif, dan film-film lainnya yang tidak kalah hebatnya telah lahir di Indonesia.

Meskipun terkadang terkesan latah dalam pemilihan tema, namun hal tersebut tidak seharusnya membuat industri kreatif juga penonton surut semangatnya demi mendukung majunya perfilman di Indonesia. Selain film-film tersebut, juga hadir film animasi yang tidak kalah hebatnya seperti Huma dan Meraih Mimpi yang kabarnya sudah Go-International pula.

Film-film mungkin terkesan sepele bagi kemajuan bangsa, namun sadarkah kita bahwa pada masa penjajahan sebelumnya film lah yang membangkitkan semangat bangsa. Jadi, mengapa kita tidak bisa kembali bangkit dan membangun bangsa dengan sekedar ke bioskop untuk menonton film lokal ketimbang film luar. Memang menarik untuk menonton film buatan luar, namun bukannya akan lebih menarik jika film lokal bersaing dengan film luar?

"Setidaknya sumbangkan waktu anda untuk menonton film lokal di bioskop dan bersabar menunggu download-an di laptop jika memang anda masih ingin melihat film luar yang katanya top."

Sumber : http://Perpusnas.go.id/

Labels:

Friday, June 28, 2019

Apakah Cantik itu Relatif?

Cantik merupakan ungkapan yang disematkan pada wanita yang dianggap "menarik". Sebutan cantik, bagi seorang wanita, adalah suatu kebanggaan tersendiri. Banyak wanita menganggap cantik itu berdasarkan penampilan, tapi banyak juga wanita yang mengklaim cantik itu tergantung kepribadian. Akibat kerancuan itu, timbulah pertanyaan "Apakah cantik itu relatif?"

The ideal beauty (Sumber: CNN)
Bagaimanapun juga, wanita pasti berusaha untuk menjadi cantik. Ada yang menghabiskan ribuan bahkan jutaan uangnya untuk operasi atau kosmetik terkini, namun ada juga yang menghabiskan waktunya untuk memperdalam kerohanian demi memperlembut hati.

Menurut Yudi P. Widodo, dalam artikelnya di Hipwee, kecantikan adalah suatu keindahan yang dapat diterima dan dirasakan oleh beberapa indera manusia. Setiap indera mempunyai fungsi masing-masing untuk menginterpretasikan kecantikan sesuai dengan sensornya.

Karena jika kecantikan itu hanya lewat indera penglihatan, maka akan ada ribuan ibu di dunia ini yang terlihat jelek. Padahal jika menginterpretasikan cantik dari indera-indera yang lain, mereka juga bisa begitu cantik.

Contohnya indera pengecap, banyak yang mengatakan masakan ibu adalah masakan terenak yang pernah ada. Lalu dari indera pendengaran, ada yang mengklaim masukan dan saran ibu adalah kata-kata terindah yang pernah didengar.

Karena itu, Widodo menyimpulkan cantik itu absolut, bukan relatif. "Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya bentuk. Maka dari itu setiap wanita yang ada di bumi ini memang cantik, yang jelek hanyalah sikap dan perbuatannya," tulisnya.

Hal itu juga diamini oleh Okky Asokwati, seorang aktris hingga politikus Indonesia. Ia sangat yakin semua wanita itu cantik. Sayangnya, tak banyak wanita yang merasa dirinya cantik.

Apalagi jika makna cantik tersebut dikaitkan dengan penampilan fisik beserta segala kekurangan, kelebihan, maupun keunikannya. "Menurut saya pribadi, cantik itu adalah metamorfosis yang terus berevolusi," ujar Okky.

Di Sisi Lain

Ilustrasi (sumber: themodernman)
Dari beberapa narasumber yang Lagi-Lagi Media wawancarai, mereka sangat yakin kalau cantik itu relatif. Berikut sedikit kutipannya.

Menurut lu cantik itu relatif atau gak?

"Nahh kalo cantik menurut gw sii relatif," ujar Jules k Simorangkir, salah satu polisi di Polda DKI Jakarta.

"Relatif. Definisi cantik orang kan beda-beda," kata August P, seorang musisi tingkat akhir di Institut Kesenian Jakarta.

Cantik Relatif Seharusnya Tidak Ada Jaman Sekarang


Deddy Corbuzier, seorang mentalis dan pesulap profesional Indonesia yang kini menjadi presenter, juga mengomentari perihal cantik itu relatif atau tidak. Ia yakin di abad 21 ini, cantik atau bodoh itu bisa diubah lewat berbagai cara. Sehingga, anggapan cantik itu relatif bisa dipatahkan. 



Gak ada lagi sebenarnya, karena di jaman sekarang semuanya bisa berubah,

Tidak ada terima nasib di jaman sekarang. Terima nasib hanya untuk pecundang. Paling benar adalah mengubahnya bukan menerimanya. 

"Ubah nasib Anda, pria atau wanita, Anda harus pintar, Anda harus menjaga penampilan diri Anda. Be the best version of yourself," tegas Deddy, dalam videonya CEWEK CANTIK TAPI T0L0L 😥‼️ — (Tetep aja Cantik 👍).

Labels:

Wednesday, June 26, 2019

Apa Salahnya Ambisius?

"Dasar ambis," kata Nunung cetus. Ia kesal melihat satu temannya sudah mengerjakan tugas, padahal Nunung sendiri belum. Akhirnya Nunung pun menjauhi temannya itu. Sementara temannya, tetap konsisten mengerjakan tugas tepat waktu dan tidak perduli dengan Nunung.

Temannya Nunung cerdas, temannya Nunung punya visi, temannya Nunung tidak sombong. Jadilah seperti temannya Nunung.

sumber gambar: greatpeoplemaker.blogspot.co.id


Pemuda sekarang, entah mengapa, lebih senang santai-santai. Melihat waktu semurah-murahnya sehingga kalau bisa cepat berlalu. "Ah capek banget. Pengen cepet-cepet nikah gw," keluh Nunung saat mengerjakan tugas yang menumpuk.

Padahal, kita sama-sama tahu bahwa waktu itu tidak bisa diputar kembali. Sementara belakangan, menjadi tepat waktu itu malah dikatai "ambis" atau ambisius. Lalu apa salahnya menjadi ambis?

Menurut paham saya, tidak ada salahnya selama masih mengikuti aturan yang berlaku. Jika saya jadi Nunung, saya pun tidak akan nyinyir mengata-ngatai "dasar ambis".

Saya pun tidak akan sewot jika banyak teman saya yang ambis. Justru itu memicu saya untuk lebih cerdas dan lebih baik lagi dalam memanfaatkan waktu. Itu akan menjadi lingkungan yang positif, persaingan yang positif, pertemanan yang positif.

Tidak ada konflik pribadi "takut dibilang ambis" atau apapun itu, yang menurut saya justru menjadi alasan untuk malas. Jadi bagi saya, justru ejekan ambis itu menyesatkan.

Saya pun tidak akan risih jika dikatai ambis. Kecuali suatu saat nanti ambis itu dilarang Undang-Undang dan saya menjadi buron karena tingkah laku ambis saya. Jika sudah seperti itu, barulah saya akan pindah negara.

Jadi, tidak perlu takut untuk dikatai ambis. Anggap mereka bodoh karena telah membuang-buang waktu.

→ Penulis Si #PeIsengMikir: @Hotlasmora

Labels: , ,

Monday, June 24, 2019

Awet Muda itu Mudah

Manusia cenderung ingin hidup lebih lama. Bisa diartikan mereka ingin tetap muda. Bukankah seperti itu pembaca? (Iya..)

Jika manusia ingin tetap muda, seharusnya mereka membuat inovasi canggih untuk mewujudkannya. Katanya, dalam seminar yang belakangan saya ikuti, ada penelitian yang bertujuan untuk membuat manusia hidup selama mungkin meski hampir mustahil karena harganya sangat mahal.

Ilustrasi (Foto: Pinterest)


Untuk itu, sepertinya sulit bagi masyarakat biasa (termasuk Anda) mewujudkannya. Lalu bagaimana solusinya? Berikut tiga tips dari Saya yang luar biasa agar Anda tetap awet muda:


1. Tidak membosankan

Bagi Saya, menjadi muda bukan hanya soal umur, tapi pikiran. Selagi belum ada penemuan yang bisa memperpanjang umur, paling tidak pikiran kita tidak termakan usia.

Ya, anak muda identik dengan keseruan dan kegilaan. Jelas bahwa untuk menjadi tetap muda, sebaiknya tidak membosankan bukan? (Iya..)

2. Tetap Ingat saat Itu

Pernahkah kalian mengingat kenangan indah saat itu? Ya saat dimana Anda begitu bahagia untuk pertama kalinya. Misal, bahagianya Anda saat menikah. Itupun kalau bahagia ya, kalau tidak, sebaiknya ganti ke topik lain. Seperti pertama kali bisa berbicara, pertama kali mengedipkan mata, atau apapun itu yang pertama kali.

Dengan mengingat hal yang pertama kali terus menerus, maka rasa bahagia itu sangat mungkin bertahan. Jadi Anda tidak akan memakai alasan bosan untuk berhenti.

(post-ads)

Misalnya seperti “Kayaknya kita udah nggak cocok deh”. Jika ada yang berkata seperti itu, berarti dia sudah tua. Tinggalkan! karena sebentar lagi ajalnya menjemput.

Ekstra Tips: Hal ini pun berfungsi buat para lelaki jika wanita kalian mulai membahas masa lalu. Seperti “Dulu kamu romantis banget kirim surat cinta mulu ke aku, kok sekarang enggak?” sambil mewek sok imut.

Jika mendapat pertanyaan mematikan seperti itu, maka kalian para lelaki sebaiknya menjawab, “Memang benar aku tidak melakukan itu lagi. Tapi semangatku masih sama seperti saat pertama mengenalmu, maka Aku mencintaimu dengan cara yang lebih baik dan lebih baik lagi,” kiamat pun batal.

3. Tetap Belajar

Anak muda identik dengan sekolah. Maka jika kalian ingin tetap berpikiran muda, belajarlah.

Umur bukan alasan untuk berhenti belajar. Orang tua pun perlu melihat perkembangan zaman agar tau cara terbaik mendidik anaknya.

Ekstra Tips: Untuk orang tua, jadilah sahabat dari teman-teman anak Anda. Buatlah mereka senang bermain di rumah Anda. Dengan begitu, teman-teman anak Anda akan mempengaruhi anak Anda agar bertindak sesuai dengan kehendak Anda (Anda Anda Anda). Bagaimana caranya? Belajar!

Sepertinya tiga tips di atas sudah mampu membuat Anda merasa kesal bercampur senang. Jika tidak senang atau kesalpun, ya tidak mengapa, apa urusan Saya?

→ Penulis @Hotlasmora

Labels: , ,

Haruskah Kita Hidup Bersama Junk Food?

Jurnal Fast Food

Haruskah kita hidup bersama junk food? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benak gue pas lagi nongkrong di salah satu produsen junk food ternama, yaitu McDunal.

Ada kebingungan dalam diri ini, mengapa harus makanan sampah ini yang gue pilih? Mengapa makanan sampah ini juga yang banyak dipilih orang? Dan mengapa kita harus hidup bersama Junk Food?

Kali ini gue bakal membahas bahaya makanan fast food ini, dengan cukup mendalam, tapi tak sedalam jurnal-jurnal anak kuliahan.

Junk Food adalah makanan kurang nutrisi, tidak sehat dan banyak lemak. McDunal, KaFCe, dan Puzza Hat merupakan beberapa produsen makanan sampah tersebut.

Tempat-tempat makan itu sangat digandrungi masyarakat, terutama kaum milenial. Selain karena enak, mungkin tempatnya juga nyaman.

Apalagi di kehidupan perkotaan seperti Jakarta. Hampir setiap 1 kilometer ada KaFCe, McDunal, atau tempat-tempat makan yang segenre dengan mereka.

Jangan-jangan, hal itu juga yang ngebuat gue dan orang-orang harus terbiasa dengan makanan sampah?

Apalagi gue hidup di negara berkembang, Indonesia. Negara yang menjadi incaran produk-produk luar untuk dipengaruhi.

Riset tahun 2015 yang diterbitkan The Lancet dan Lancet Global Health, menunjukkan bahwa masyarakat di negara-negara berkembang mudah dipengaruhi oleh iklan-iklan junk food. Camilan dan soft drink menjadi favorit kita masyarakat berkembang.

Jurnal fast food
Sampah-sampah ini juga berperan merusak bumi

Akibatnya, masyarakat miskin pun bukan semakin membaik malah makin buruk. Padahal, Amerika Serikat sendiri, yang bisa dibilang tuan rumah makanan junk food, malah lebih sehat dibanding Argentina.

Hal ini mengherankan, karena seharusnya masyarakat miskin bisa hidup lebih sehat dengan membeli umbi-umbian ketimbang paket panas. Harga keduanya jelas lebih jauh dan jelas, margin itu dapat menolong kemiskinan mereka.

Balita-balita pun diberi makan junk food.


Gue sering melihat balita-balita makan kentang goreng atau ayam kremes hasil produsen junk food. Orangtuanya menyuapi dengan santai, tanpa khawatir akibatnya.

Mungkin orang tua itu tidak tahu dampaknya, tapi orang-orang di Mesir telah merasakannya. Pertumbuhan balita di sana terhambat akibat minimnya gizi.

(post-ads)

Anak-anak di Brazil, Vietnam, Afrika Selatan, India, Meksiko dan beberapa negara yang dulunya miskin tapi sekarang maju pun banyak yang terlihat kerdil. Kalaupun jadi gendut, itu karena obesitas, bukan sehat.

Bagaimana di Indonesia? 


Mungkin terlalu luas jika gue bahas negara ini, oleh karena itu gue persempit menjadi, bagaimana dengan Jakarta?

Di Jakarta sungguh miris, junk food telah menjadi teman sarapan. Gue pun kadang ikut-ikutan, padahal rasanya tidak enak --Lebih enak bubur kacang hijau atau bubur ayam naik haji.

Padahal menurut survei Qraved kepada 13,890 koresponden, sebanyak 92% orang Jakarta telah sadar akan bahaya junk food. Tapi nyatanya, 52% dari warga Jakarta malah tetap sarapan junk food.

Apa alasannya? Beragam.


Ada yang bilang enak, ada yang beralasan sibuk tidak punya waktu banyak, ada yang bilang praktis.

Yah tidak mudah memang menghindari godaan junk food. Tapi sebaiknya seimbangkan pola makan dengan olahraga rutin, perhatikan cara masak dari junk food yang Anda konsumsi, baca kandungan nutrisi pada kemasan junk food dan atur asupan junk food-nya.

Jadi, haruskah kita hidup bersama junk food? Lebih baik bawa makanan sendiri, atau paling tidak bawa tempat minum seperti gue ini.

Jurnal Fast Food

Pelan-pelan, gue akan meninggalkan kehidupan junk food ini.

Yuk kalian juga! biar kita tidak jadi negara berkembang yang "bodoh", mudah diakal-akali produsen junk food. Sekian jurnal fast food ini, eh artikel ini, semoga kalian dapat tercerahkan agar tidak sering mengonsumsi makanan siap saji.

*Artikel ini sudah terbit sebelumnya di hotlasmore.id


→ Penulis @Hotlasmora

Labels: , ,

Saturday, June 22, 2019

"Nebus Dosa" dengan Bantuan Alfatrex

Berbagi adalah cara sederhana menunjukkan kasih sayang. Berbagi sapa, berbagi senyum, berbagi makanan, dan banyak lagi yang bisa dilakukan dari berbagi.

Dengan berbagi, hubungan antar insan akan semakin erat. Emosi akan semakin terasa dan rasa bahagia dapat terpancar dengan baiknya.

Beberapa waktu lalu, gue lagi ingin-inginnya berbagi, terutama buat keponakan gue yang di Medan. Dia baru usia 6 tahun dan segera menikmati bangku sekolah.

Sebagai penyemangat sekaligus "penebusan dosa" gue karena jarang perhatian ke doi. Kali ini gue ingin beliin dia mainan mobil dan alat menggambar, karena gue ingin dia jadi lelaki tangguh, cerdas, dan kreatif.

Siapa yang tahu, dia bisa seperti Elon Musk? Yang membuat banyak perusahaan besar, seperti Tesla, Paypal, OpenAI, dan lain-lain. Semua perusahaan itu tak akan bisa terbentuk tanpa kecerdasan, ketahanan, dan kreativitas.

Jadi menurut gue, mainan, kertas gambar, dan alat gambar adalah permulaan yang baik untuk keponakan lelakiku.

Tapi...


Namanya hidup pasti ada masalah, saat ingin berbagi ini, waktu yang gue punya nggak seberapa. Setiap hari, gue panik dikejar-kejar deadline kerjaan. Target, target, dan target.

Maka gue butuh tempat yang menyediakan barang-barang yang gue butuh sekaligus pengirimannya. Terpikirlah Alfatrex!



Tahun lalu gue pernah datang ke launching acara ini dan gue kagum dengan konsep yang mereka berikan. Baca di sini: Logistik dan e-Commerce Berjodoh lewat Alfatrex

Mengapa Alfatrex mengagumkan?


Pertama, menjawab permasalahan logistik di Indonesia. Indonesia begitu rumit, karena banyak pulau dan tempat yang masih belum terjangkau.

Dengan adanya Alfatrex, rumah mereka yang sulit dijangkau dapat terjangkau dengan adanya Alfatrex. Yaitu dengan cara mengirim dari Alfamart ke Alfamart terdekat dari lokasi si penerima.

Kedua, efektif, karena barang-barang dan logistik ada di satu tempat. Jadi, sehabis belanja barang-barang yang ingin dikirim ke penerima, kamu bisa langsung kirim via Alfatrex.

Cara Pakai Aplikasi Alfatrex?


1. Buka Aplikasi Alfatrex


2. Klik Kirim Sekarang



3. Pilih Serivce Pengiriman




4. Ada Pilihan Produk Pengiriman




5. Setelah itu muncul harga dan kode booking



Kode booking inilah yang ditujukan ke kasir Alfatrex. Nantinya, kasir akan men-scan barcode kode booking tersebut dan meminta barang yang akan dikirim untuk dicek apakah sesuai data yang kamu berikan.

Setelah itu, kamu wajib membayar dan bisa mengecek status pengirimannya via aplikasi Alfatrex.

Download Aplikasinya di sini:
Nah begitulah caranya pakai Alfatrex

Kembali ke Cerita Gue


Jadi, gue pun beli langsung pergi ke Alfamart terdekat dari lokasi gue berada, yaitu di Kramat Jati.

Gue pun membeli barang-barang yang tadi gue sebutkan untuk dibungkus ke dalam amplop. Amplopnya yang besar, berukuran kertas folio, sehingga muat untuk mainan dan alat menggambar.

Saat itu modal gue cuma Rp50,000, tapi sudah dapat dua barang keren!

1. Cars Colouring Rp19,900



2. HW Monster Jam Rp39,900



= Berarti totalnya, Rp59,800 ditambah pajak jadi genap Rp60,000. =

Sempet panik donk gue karena kurang Rp10,000. Eh gue lirik ke layar pembayaran, ternyata dapat diskon Rp10,000. Wah, pas mantab!

Setelah bayar, gue pun langsung taro mainan dan alat mewarnai tadi ke amplop. Setelah itu ke aplikasi Alfatrex untuk mengisi data dan mendapatkan kode booking, setelah itu menyerahkannya ke kasir.

Total biaya yang harus gue bayar Rp36,200. Namun kebetulan gue dibisikin Alfamart buat pake kode voucher: kirimpaketdialfamart.

Dapet potongan lagi donk gue Rp20,000. Jadi sisa yang gue bayar cuma Rp16,200. Mantab.

Sudah simple, murah lagi. Terimakasih banyaklah Alfamart dan Alfatrex-nya! Gokil!

Itulah sekian cerita gue soal berbagi mudah lewat Alfatrex. Jadi nggak merasa terlalu berdosa gue sebagai paman (tulang) karena jarang beliin mainan ke keponakan-ponakannya.

Yuk berbagi dengan Alfatrex berbagi! #kirimpaketsambilbelanja #alfatrex

Update Pengiriman



Setelah 2 hari, yaitu dari tanggal 22 Juni sampai 24 Juni, rupanya barang yang gue kirim sudah sampai. Padahal, gue cuma pakai paket REG (Reguler), yang rata-rata di logistik lain bisa sampai 7 hari baru sampai.

Ini bukti-buktinya:
















Sebelumnya 

Kegiatan Corporate Social Responsibility yang digelar Alfatrex bertema “Serentak Berbagi” di berbagai cabang di seluruh Indonesia. ( Foto: dok Beritasatu)


Dalam rangka memperingati bulan suci Ramadhan 1440 H yang juga bertepatan dengan hari jadi Alfatrex yang pertama, anak perusahaan Alfamart Group ini menggelar kegiatan Corporate Social Responsibilty (CSR) dengan tema “Serentak Berbagi”.

Kegiatan berbagi paket sembako untuk panti asuhan ini dilakukan secara serentak di 11 cabang Alfatrex, mulai dari wilayah Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya hingga Kota Medan.

“Hidup adalah bukan dari yang kita dapatkan tapi dari apa yang diberikan. Inilah alasan kami menggelar kegiatan CSR Alfatrex serentak berbagi. Ini sebagai rasa syukur kami serta semangat berbagi kepada sesama di bulan ramadan,” terang Marketing Manager Alfatrex, Ferdian Hadi Putra, ketika memberikan keterangan pers di Alfa Tower Alam Sutera, Jumat (24/5).

Untuk mensimulasikan berbagi paket sembako bagi panti asuhan yang digagas Alfatrex ini, pada tanggal 24 Mei 2019, secara serentak dilakukan pembelian paket sembako di toko Alfamart oleh manajemen Alfatrex dan para jurnalis.

Setelah itu, paket sembako yang dipilih saat itu juga langsung didistribusikan ke panti asuhan yang menjadi tujuan program. Penyaluran paket sembako langsung dilakukan oleh tim Alfatrex yang memang bergerak di jasa ekspedisi.

“Kita ingin memperlihatkan kemudahaan pengiriman barang yang digagas Alfatrex. Termasuk di bulan ramadan ini, ketika misalnya kita ingin membantu sesama yang membutuhkan dengan berbagi paket sembako. Harapannya, tentu saja, dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan juga mendapatkan keberkahan bagi perusahaan yang baru setahun berdiri,” pungkas Ferdian.


Labels: , ,

Saturday, June 1, 2019

KPK: Hutang itu Harus Produktif

Hutang itu harus produktif, bukannya produktif berhutang.

Itu salah satu poin penting yang gue dapat dari Kumpul Pinggir Kolam (KPK) Kumparan bareng FWD Life. Satu poin yang menyadarkan gue kalau hutang itu harusnya memberi nilai lebih, bukannya merepotkan masa muda ini.

Masa muda yang habis untuk melunasi hutang, gaji yang lewat begitu saja demi nikmat sementara.
Dalam acara itu, FWD yang merupakan perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan terbaik di Indonesia memberika sejumlah tips berharga untuk menjalani hidup. Mulai dari manajemen keuangan pribadi, risiko kerja, dan bagaimana mengantisipasinya lewat asuransi.

Salah satu yang dibahas ya soal manajemen hutang tadi. Jangan sampai, hutang itu hanya untuk memenuhi hasrat sesaat, tapi untuk investasi jangka panjang.

Lagi trend
Gue nih lagi begaya di pinggir kolam renang kantor Kumparan.


Contoh nih... misalnya gue kan influencer, perlu banget kamera. Buat apa? Buat hasilin konten yang lebih berkualitas.

Begitu...

Nah, poin lain yang gue dapet dari KPK Kumparan dan FWD ini juga soal pentingnya asuransi. Terutama nih, buat seorang freelancer kayak gue yang senang pergi ke mana-mana.

Siapa yang tahu pas lagi jalan-jalan, ada layangan nabrak kepala gue? Kan sakit...

FWD dan Kumparan benar-benar berhasil mengemas acara KPK ini sangat berfaedah dan kreatif.
Mau tahu kan apa aja yang gue dapet dari acara ini? Banyak! Nih gue jelasin:

1. Games FWD Punya


Lagi trend



Papan games FWD Punya yang hanya dimiliki FWD, tidak dijual atau disebarkan secara umum
Hal pertama yang gue dapet adalah edukasi sekaligus keseruan dari game board and card milik FWD alias FWD Punya. Dari permainan ini, gue jadi ngerti pentingnya asuransi untuk hidup.

Konsep gamesnya seperti monopoli, sekali putar ada kartu-kartu yang harus diambil. Kartu-kartu itu bisa berisi risiko pekerjaan, kegiatan, dan cara mengatasinya.

Awalnya gue dan tim diberi modal 10 koin. Dari 10 koin itu, gue bebas memilih mau beli apa. Saat itu yang gue beli asuransi dari FWD, yang isinya bisa mengcover perawatan gue, dari sakit biasa, cacat fisik, sampai meninggal.

Nah, uang asuransi yang diperoleh kalau gue kecelakaan cacat permanen dan meninggal cukup besar. Otomatis, hanya di games inilah gue pengen banget cacat permanen.

Namun sial, gue gak cacat-cacat. Malah rekan setim gue yang cacat sampai dia kaya raya karena koinnya terkumpul sampai 270.

Caranya cacat gimana? Banyak-banyakin kegiatan ekstrem. Kegiatan ekstrem itu dari mana? Dari kartu kegiatan yang gue peroleh dalam setiap putaran. Jadi setiap putaran, gue boleh milih mau berkegiatan apa saja.

Games ini pun berakhir dengan poin gue yang hanya 76. Kesal, karena nggak dapet kompensasi dari asuransi.

Tapi dari games inilah gue sadar pentingnya asuransi. Siapa yang tahu, suatu saat gue bakal cacat permanen atau meninggal? Gue gak mau deh karena bencana yang menimpa gue, keuangan gue malah kecekik karena biaya pengobatan yang banyak. Berat rasanya.

2. Talkshow Edukatif


Lagi trend



Setelah bermain games, gue pun keluar untuk menyaksikan talkshow dengan bintang tamu Mada Aryanugraha (Penasihat finansial) , Kadek Arini (Travel Influencer), Sir Dandy (Seniman), dan perwakilan FWD.

Dari talkshow ini, gue diedukasi soal pentingnya asuransi, apalagi buat mereka yang freelance. Pekerjaan freelance yang tanpa jaminan kesehatan dari kantor, membuat mereka yang menekuni bidang ini mesti mandiri.

Freelancer wajib membangun fondasi keuangannya sendiri dengan bijak. Jangan sering berhutang untuk hal yang tidak perlu, hanya demi memenuhi emosi.

"Berhutanglah yang produktif, bukan produktif berhutang," kata Mada Aryanugraha, penasihat finansial.

Wajib hukumnya memisahkan dana darurat, investasi, dan asuransi. Kalau belum teratur, berarti kamu belum on track secara ekonomi.

Oleh karena itu, FWD menawarkan sejumlah program khusus freelancer, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bahkan, untuk mereka yang pecinta permainan ekstrem, juga mendapatkan asuransi khusus di FWD.

FWD, mengemas asuransinya sesuai dengan kegiatan anak muda masa kini. Seperti Asuransi Bebas Handal, yang biayanya murah sekali, hanya Rp75,000. Dengan asuransi ini, kamu bebas jalani passion kamu, yang penting sudah terasuransi.

Ingat, kita hidup nggak hanya hari ini. FWD hadir untuk mengubah sudut pandang mereka soal asuransi.

Dalam KPK ini, juga dimeriahkan oleh Pamungkas, Alvin Baskoro, dan The Panturas.
Untuk info lebih lengkap soal asuransi FWD, kunjungi link ini: https://www.fwd.co.id/id/

Atau follow media sosialnya di:

Instagram : https://www.instagram.com/fwdlife_id/
Facebook : https://web.facebook.com/fwdlife.id?_rdc=1&_rdr
Twitter : https://twitter.com/fwdlife_id

Youtube : https://www.youtube.com/user/fwdlifeindonesia

→ Artikel ini sudah terbit sebelumnya di Kumparan.com dengan judul KPK: Hutang itu Harus Produktif

Penulis: Hotlas Mora

Labels: , ,